Jaman
memang sudah berubah. Dari jaman tempo doeloe, menjadi jaman modern, dan
sekarang disebut post-modern, atau jaman paska modern. Perubahan jaman yang
telah dipacu oleh meningkatnya ilmu pengetahuan, telah menyebabkan berbagai
perubahan dalam cara berpikir. Jaman tempo doeloe, anak-anak hanya ikut saja
yang orang tua katakan, namun sekarang terjadi perbantahan; sebab anak berhak
untuk memberikan pendapat. Anggota jemaat tempo doeloe hanya menerima apa yang
dikatakan pendeta, namun sekarang sudah lain. Pasca modern telah memasuki
gereja, hingga kita dapatkan beberapa ciri sebagai berikut:
1.
Anggota mempunyai pikiran yang kritis (ini ada baiknya sebab kita harus
mempunyai kepastian dengan iman kita)>
2.
Mempertanyakan authoritas dari kebenaran absolute.
3.
Pengetahuan manusia akan kebenaran hanya sekedar persepsi yang sederhana; dan
bukanlah kebenaran.
4.
Tidak adanya kebenaran yang objektip. Mungkin benar untuk orang lain, tetapi
tidak benar untuk saya.
5.
Tidak ada kebenaran absolute (pemikiran termasuk kepada orang yang biasa ke
gereja).
6.
Penekanan kepada "social gospel," yang cenderung melihat kebutuhan
manusia.
7.
Beralihkan dari pengetahuan kepada pengalaman
8.
Lembaga yang telah berdiri dianggap sebagai alat untuk pemerasan.
Pandangan
tersebut menyebabkan berbagai perbedaan pendapat di jemaat, bahkan di kelas
Sekolah Sabat, atau di perbincangan milis. Selalu ada 2 kubu, , antara
tradition dengan post modern mind. Jadi bila masing-masing mempertahankan
pendapatnya; dan pasti
tidak
pernah sependapat, sebab cara berpikir yang berbeda. Sebagian sudah tidak lihat
lagi pentingnya agama/organisasi gereja; oleh sebab dipacu oleh post modern
mind bahwa lembaga adalah alat pemerasan.
Dengan
dasar yang sama, sebagian mengatakan doktrin tidak menyelamatkan; yang penting
adalah Yesus. Namun, kalau diteliti
lebih lanjut, sebagian lupa bahwa kebenaran di dalam Yesus ada dalam dokrin.
Kemudian organisasi itu dibutuhkan untuk mengkoordinasi pengabaran injil. Tapi
pemikiran sebagian orang, “yang penting tidak perlu organisasi.” Begitu juga yang penting adalah kasih, semua
hari sama saja, semua hari bisa hari Sabat. Walaupun Alkitab secara jelas
mengatakan Sabat hari ketujuh, tetapi post modern mind akan katakan itu untuk
orang Yahudi, dan tidak berlaku untuk saya. Perlunya lebih banyak sosial
gospel, membantu orang miskin (yang sebenarnya sejalan dengan firman Allah),
namun mengkritisasi akan keberadaan gereja. Bahkan gereja sebagai alat untuk
memeras seseorang.
Apakah
pekabaran GMAHK masih relevan di alam yang dipengaruhi oleh paska modern ini?
Kita diingatkan bahwa perintah Agung, Matius 28:18-20 untuk tetap pergi
keseluruh dunia. Roh Nubuat mengatakan, ““The Savior’s commission to the
disciples included all the believers. It includes all believers in Christ to
the end of time.” -The Desire of Ages, p. 822. Kalau begitu Perintah Agung
tersebut termasuk untuk kita semua yang hidup di alama paska modern. Lebih
lanjut, Roh Nubuat menyebutkan, “Seventh-day Adventists have been chosen by God
as a peculiar people, separate from the world. By the great cleaver of truth He
has cut them out from the quarry of the world and brought them into connection
with Himself. He has made them His representatives and has called them to be
ambassadors for Him in the last work of salvation. The greatest wealth of truth
ever entrusted to mortals, the most solemn and fearful warnings ever sent by
God to man, have been committed to them to be given to the world.” 7T 138. Luar
biasa sekali! Gereja GMAHK telah dipercayakan Tuhan sebagai umat yang khusus,
terpisah dari dunia, dan untuk memberikan amaran kepada dunia. Ini adalah satu
kepercayaan besar yang Tuhan berikan kepada Anda dan saya. Dari 10,000 agama
yang tertulis dalam Encyclopedia of Religion, Kristen hanya salah satu
diantaranya. Dan dari agama Kristen ada 33,830 denominasi, dan GMAHK adalah
salah satu diantaranya. Itulah yang mendapatkan kepercayaan dari Tuhan untuk
memberikan amaran di akhir jaman.
Namun
menghadapi Post modern mind menyebabkan kita harus mengubah kegiatan
evangelisasi kita,
dari
KKR ke relational, dari short term ke long term. Kita perlu memberikan
pelayanan wholistic; dan penggunaan kelompok kecil yang memiliki aspek
persekutuan, pelayanan masyarakat dan pendalaman Alkitab sering memberikan
hasil yang lebih baik. GMAHK tetap relevan, bahkan perlu lebih giat dalam
menjangkau masyarakat pasca modern, sebab semua orang berharga di hadapan
Tuhan. Sesungguhnya setiap orang adalah calon surga! Siapkah?
(tulisan ini juga dimuat pada website KADNET 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar